About Me
Pages
About this blog
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
About Me
Followers
Senin, 25 Maret 2013
Perilaku Delinkuen Remaja (Kenakalan Remaja)
23.09 | Diposting oleh
11054mcs |
Edit Entri
Dewasa ini kasus
kriminalitas di kalangan remaja semakin meningkat. Maraknya pemberitaan
kriminalitas dikalangan remaja pada banyak media semakin meningkatkan citra
buruk remaja di lingkungan sosialnya. Remaja di lingkungan sosial sering
dianggap sebagai kelompok yang senang membuat kekacauan dan perkelahian.
Perilaku remaja yang
mampu mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain disebut dengan Perilaku Delinkuen. Kasus-kasus
kriminalitas seperti penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang di kalangan
remaja, keterlibatan para remaja dalam tawuran dan pembantaian terhadap siswa, meningkatnya
kasus seks pranikah, kasus pengeroyokan, perampokan serta penyalahgunaan
senjata tajam, apabila ditelusuri disebabkan oleh merasa terabaikannya para
remaja oleh lingkungannya.
Perilaku non-kriminal
namun melanggar norma juga banyak dilakukan remaja sebagai bentuk protes
terhadap lingkungannya, seperti remaja yang merokok layaknya orang dewasa,
perilaku memakai pakaian yang ketat dan minim ke sekolah bagi remaja putri,
pemberontakan terhadap guru dan orangtua, dan banyak hal lainnya.
Lingkungan yang kurang
memberi perhatian dan dukungan bagi remaja membuat remaja merasa terabaikan
sehingga terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang dari norma. Dengan
perilaku tersebut, remaja berusaha mendapatkan perhatian dari lingkungannya.
Masa remaja
adalah masa krisis identitas bagi kebanyakan anak remaja. Remaja sedang
mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya. Secara umum
dan dalam kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode yang sulit untuk
ditempuh, baik secara individual ataupun kelompok, sehingga remaja sering
dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the trouble teens). Hal
inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa masa remaja dinilai lebih rawan
daripada tahap-tahap perkembangan manusia yang lain.
Remaja yang kurang
mendapat pemenuhan kebutuhan psikis dari lingkungannya dapat mengakibatkan
remaja tumbuh dalam kesepian dan depresi, lebih mudah marah dan susah tidur,
lebih gugup dan agresif (Shapiro dalam Sari, 2005). Pada kondisi ini, remaja
menjadi rentan untuk terlibat pada kasus-kasus kriminalitas akibat pengaruh
kekuatan yang tidak baik dalam lingkungan sosialnya, seperti resiko pemakaian
obat terlarang, kekerasan atau kegiatan seksual yang tidak aman (Gottman &
DeClaire dalam Sari, 2005). Perilaku remaja yang mengarah pada tindak kejahatan
atau perilaku asosial merupakan ketidakmampuan remaja untuk menjalin hubungan
baik dengan lingkungan dan menjalankan norma masyarakat.
Kartono (1998), dalam
mengartikan delinkuensi lebih mengacu pada suatu bentuk perilaku menyimpang,
yang merupakan hasil dari pergolakan mental
serta emosi yang sangat labil dan defektif.
Kartono (1992)
mengatakan bahwa kenakalan atau delikuensi remaja adalah perilaku jahat atau
dursila, kejahatan atau kenakalan para remaja merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang
menyimpang.
Sulastriningsih (1996)
delinkuensi remaja adalah perbuatan atau tingkah laku yang bersifat melanggar
hukum dan pelanggaran nilai-nilai moral yang mempunyai tujuan antisosial, yaitu
perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan nilai atau norma sosial.
Menurut Sarwono (2003)
tidak semua pelanggaran yang dilakukan remaja ialah delinkuensi. Hanya
pelanggaran terhadap norma-norma hukum pidana yang disebut delinkuensi,
sehingga perilaku delinkuensi tersebut akan disebut kejahatan jika dilakukan
oleh orang dewasa.
KATEGORI PERILAKU DELINKUEN
Jensen (Sarwono, 2003)
mengkategorikan delinkuensi remaja kedalam 4
kategori, yaitu:
(a) Delinkuen
yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperrti perkelahian,
perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan lain-lain.
(b) Delinkuensi
yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian, pencopetan,
pemerasan, dan lain-lain
(c) Delinkuensi
sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, seperti pelacuran dan
penyalahgunaan obat
(d) Delinkuensi
yang melawan status, misalnya mengingkari status sebagai pelajar dengan cara
membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah, dan
sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Delinkuen
Santrock (2003),
berdasarkan teori perkembangan identitas Erikson mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku delinkuensi pada remaja:
- Identitas negatif,
Erikson yakin bahwa perilaku delinkuensi muncul karena remaja gagal menemukan
suatu identitas peran.
- Kontrol diri rendah,
beberapa anak dan remaja gagal memperoleh kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses
pertumbuhan.
- Usia,
munculnya tingkah laku antisosial di usia dini (anak-anak) berhubungan dengan
perilaku delinkuensi yang lebih serius nantinya dimasa remaja. Namun demikian,
tidak semua anak bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku
delinkuensi.
- Jenis kelamin
(laki-laki), anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku antisosial
daripada anak perempuan. Keenan dan Shaw (dalam Gracia, et al., 2000),
menyatakan anak laki-laki memiliki risiko yang lebih besar untuk munculnya
perilaku (conduct) merusak. Namun, demikian perilaku pelanggaran seperti
prostitusi dan lari dari rumah lebih banyak dilakukan oleh remaja perempuan.
- Harapan dan nilai-nilai yang rendah terhadap pendidikan. Remaja menjadi pelaku kenakalan seringkali diikuti karena
memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan dan juga nilai-nilai yang
rendah di sekolah.
- Pengaruh orang tua dan keluarga. Seseorang berperilaku nakal seringkali berasal dari
keluarga, di mana orang tua menerapkan pola disiplin secara tidak efektif,
memberikan mereka sedikit dukungan, dan jarang mengawasi anak-anaknya sehingga
terjadi hubungan yang kurang harmonis antar anggota keluarga, antara lain
hubungan dengan saudara kandung dan sanak saudara. Hubungan yang buruk dengan
saudara kandung di rumah akan cenderung menjadi pola dasar dalam menjalin
hubungan sosial ketika berada di luar rumah.
- Pengaruh teman sebaya.
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk
menjadi pelaku kenakalan.
- Status ekonomi sosial.
Penyerangan serius lebih sering dilakukan oleh anak-anak yang berasal dari
kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.
- Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Tempat dimana individu tinggal dapat membentuk perilaku
individu tersebut, masyarakat dan lingkungan yang membentuk kecenderungan kita
untuk berperilaku ”baik” atau ”jahat”.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa
salah satu faktor yang paling mempengaruhi terbentuknya perilaku delinkuensi,
yaitu faktor keluarga, hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis,
seperti hubungan antar saudara kandung yang buruk, akan memberikan
kesempatan pada anak untuk belajar dari pengalamannya berinteraksi secara
negatif dengan saudara kandungnya di rumah, yang kemudian akan menjadi dasar
dalam berperilaku diluar rumah.
SUMBER
Gottman, J.,
& Claire, D.J. 2003. Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Terjemahan: Hermaya,
T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartono, K. 1986. Psikologi
Anak. Bandung: Alumni.
Sari, M. Y. 2005.
Kecerdasan Emosional dan Kecenderungan
Psikopat Pada Remaja Delinkuen Di Lembaga Pemasyarakatan. Anima Vol 20
No 2 halaman 139-148.
Sarwono,S.W. (2003).
Psikologi Remaja (edisi revisi).
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Sulastriningsih,
H. 1996. Hubungan antara Keutuhan
Keluarga, Pergaulan Teman Sebaya dan Kegiatan Organisasi Karang Taruna dengan
Tingkat Kenakalan Remaja pada Karang Taruna “Jendral Sudirman” di Kelurahan
Purwantoro Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Skripsi
pada Fakultas Pendidikan Luar Biasa Universitan Negeri Yogyakarta. Tidak
Dipublikasikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
makasih postingannya
Posting Komentar