About Me

Pages

About this blog

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Followers

Sabtu, 13 April 2013

PostHeaderIcon LAPORAN HASIL WAWANCARA GURU


BAB I
PENDAHULUAN

Guru merupakan sosok pribadi yang menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya lewat proses pengajaran. Guru merupakan profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong pembangunan bangsa. Profesi guru seperti yang diungkapkan oleh Makagiansar (1996), profesi guru ialah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai.
Tugas menjadi seorang guru mengemban tugas untuk mendidik anak bangsa menjadi berguna, sehingga anak didik tersebut tumbuh menjadi pribadi yang berguna bagi nusa dan bangsa, seperti peribahasa yang menyatakan Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, hal ini menunjuk kepada hasil dari profesi guru itu sendiri ialah pribadi-pribadi besar yang akan menjadi ‘penggerak’ bagi kemajuan suatu bangsa.
Banyaknya permasalahan berkaitan dengan profesi guru, seperti banyaknya guru yang sudah mengajar tanpa memiliki ijazah, guru yang belum memahami etika pelaksanaan profesi guru, guru yang tidak memiliki pemahaman akan seni mengajar yang baik, menjadikan hasil dari pengajaran itu sendiri tidak maksimal.
Laporan ini merupakan laporan wawancara yang saya lakukan dengan seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar selama 24 tahun (1989-sekarang). Wawancara dan laporan ini merupakan tugas di matakuliah Paedagogi yang saya ambil selaku mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Laporan ini berisi deskripsi hasil wawancara yang telah saya lakukan, serta kajian-kajian teoritis yang ada berkaitan dengan profesi guru dan fenomena pendidikan sesuai dengan apa yang saya pahami dan pelajari di matakuliah Paedagogi ini.



BAB II
HASIL WAWANCARA



1.            Identitas Subjek
Nama (Inisial)                : H.P, S.Pd
Umur                            : 48 tahun
Sekolah Mengajar          : SMP Negeri 27 Medan
Pengalaman Mengajar   : 24 tahun (1989-sekarang)
Status                           : Sudah Sertifikasi

2.            Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu      : Selasa, 02 April 2013, Pukul 19.30 – 20.15 WIB
Tempat    : Kediaman Ibu H.P, S.Pd (Jl. Pancing – Medan)

3.            Hasil Wawancara
Saya selaku pewawancara menghubungi ibu H.P, S.Pd dan mengadakan janji bahwa saya ingin mewawancarai beliau berkaitan dengan profesinya sebagai guru. Sesuai dengan perjanjian sebelumnya, akhirnya pada hari Selasa, 02 April 2013, sekitar pukul 19.00 WIB saya datang kerumah beliau, setelah beramah-tamah beberapa menit, kami kemudian memulai sesi wawancara, berikut ialah hasilnya:
a)           Pandangan ibu H.P, S.Pd tentang pendidikan
Ibu H.P, S.Pd memandang bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda, karena pendidikan sangat berguna dalam menunjang karir dan masa depan generasi muda bangsa. Pendidikan merupakan ‘senjata’ bagi setiap orang untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari persoalan yang sederhana, hingga yang rumit, semuanya membutuhkan pendidikan untuk menyelesaikannya, oleh sebab itu pendidikan tidak boleh dipandang sebelah mata.
Pendidikan yang tinggi juga tentu akan meningkatkan rasa percaya diri seseorang dalam menghadapi banyak tantangan, misalnya dalam pekerjaan. Dengan adanya pendidikan yang cukup dalam diri seseorang, orang lain tidak akan dengan mudah memandang sepele pendapat dari orang tersebut. Menurut ibu H.P, S.Pd, pendidikan merupakan hal yang wajib diperoleh bagi setiap generasi muda, karena dengan adanya pendidikan akan tercipta generasi muda yang mampu menciptakan pembangunan yang baik dan bermartabat bagi nusa dan bangsa.
b)           Motivasi ibu H.P, S.Pd dalam mengajar
Yang menjadi motivasi ibu H.P, S.Pd dalam mengajar ialah pemahamannya akan betapa pentingnya pendidikan menjadikan ia lebih lagi bersemangat dalam profesinya sebagai seorang guru dan tugasnya memberikan pengajaran kepada generasi muda, yang dalam hal ini merupakan peserta didik.
Motivasi lain dari ibu H.P, S.Pd, ialah bahwa beliau menyadari banyaknya orang-orang yang ‘haus’ akan pendidikan, sehingga diperlukannya guru untuk memberikan pendidikan tersebut lewat proses pengajaran. Memberikan pendidikan bagi orang yang ‘haus’ akan pendidikan memberikan kepuasan tersendiri bagi ibu H.P, S.Pd, sehingga beliau merasa tugasnya sebagai seorang guru (pengajar) terlaksana dengan baik.
c)           Sudut pandang ibu H.P, S.Pd dalam memandang peserta didik
Menurut ibu H.P, S.Pd, peserta didik merupakan orang yang siap menerima materi pengajaran dari seorang pengajar (guru). Kesiapan yang dimaksudkan disini ialah bahwa peserta didik tersebut telah memahami pentingnya pendidikan dalam kehidupannya baik sekarang maupun masa yang akan datang, sehingga peserta didik tersebut melakukan suatu proses yang disebut belajar, untuk memperoleh pendidikan.
Peserta didik menurut ibu H.P, S.Pd juga merupakan orang mengikuti proses pengajaran dengan sikap rela menerima setiap proses dalam memperoleh pendidikan/pengetahuan tersebut. Peserta didik adalah orang yang mau melaksanakan tugas-tugas mulai dari yang sederhana sampai yang rumit sebagai bentuk pembelajaran.
d)          Filosofi ibu H.P, S.Pd dalam mengajar
Filosofi dari ibu H.P, S.Pd dalam mengajar ialah bahwa ibu H.P, S.Pd memiliki prinsip bahwa “Ilmu pengetahuan tidak boleh mati”. Pengetahuan yang dimiliki ibu H.P, S.Pd akan ‘berhenti’ jika beliau tidak menyalurkannya melalui proses mengajar. Jika ilmu pengetahuan tersebut mati, maka bagi beliau tidak ada gunanya lagi ilmu pengetahuan tersebut dipelajari pada masa lampau.
Mengajar merupakan suatu alternatif bagi ibu H.P, S.Pd untuk semakin lagi mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu ibu H.P, S.Pd tidak pernah merasa lelah dan bosan dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar.
e)           Pendekatan yang sering digunakan dalam mengajar

Menurut ibu H.P, S.Pd, kewajiban utama yang harus dimiliki seorang guru sebelum melaksanakan pengajaran ialah memahami bahan ajar dengan semaksimal mungkin. Dalam melakukan pendekatan pengajaran, ibu H.P, S.Pd banyak melakukan kombinasi pendekatan.
Contohnya dalam situasi tertentu, beliau menerapkan pendekatan teacher-centered, sedangkan dalam situasi lain, beliau melakukan pendekatan student-centered. Beliau menggunakan pendekatan tergantung dari situasi, pendekatan mana yang lebih diperlukan untuk memaksimalkan pemahaman peserta ajar akan materi ajar.
Ibu H.P, S.Pd dalam menyampaikan bahan ajar juga menggunakan pendekatan yang bervariasi, terkadang memberikan konsep umum terlebih dahulu, diikuti dengan penjelasan lebih rinci dan contoh-contoh (pendekatan deduktif), terkadang juga memberikan contoh dan kesimpulan khusus terlebih dahulu, kemudian mengarahkannya ke konsep umum (pendekatan induktif). Semuanya bergantung pada situasi kelas, kesiapan peserta ajar, dan kesulitan materi ajar.
Sebelum memulai pengajaran, biasanya ibu H.P, S.Pd melakukan brainstroming dengan memberikan pre-test berkaitan dengan materi yang diajarkan maupun materi pada pertemuan sebelumnya untuk menghindari peserta didik lupa memahami inti pelajaran sebelumnya.
Dalam pemberian tugas, ibu H.P, S.Pd menggunakan metode berkelompok maupun individu, namun ibu H.P, S.Pd lebih sering memberikan tugas secara individu, karena menurut beliau dengan tugas individu, beliau mampu memberikan perhatian lebih khusus pada tiap individu dan mampu mendeteksi masalah-masalah dalam belajar pada individu tertentu.
Ibu H.P, S.Pd juga memberikan pengajaran dalam bentuk formal (dikelas) maupun informal (diluar ruangan). Hal ini berguna untuk membangun suasana belajar yang variatif dan tidak membosankan bagi kedua belah pihak, baik peserta didik maupun guru. Sehingga dengan suasana yang tidak membosankan, menurut ibu H.P, S.Pd, akan mempermudah masuknya bahan ajar ke otak (pemahaman) peserta didik.
Namun terdapat masalah dalam pengembangan strategi pengajaran, dimana sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah sangat minim. Kalaupun ada, sosialisasi penggunaan media pendukung pengajaran sangat rendah. Hal ini menyulitkan kedua belah pihak baik guru dan murid dalam menyukseskan tujuan pembelajaran.
f)            Keluhan guru dalam menjalankan pengajaran
Sebagai seorang guru yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam mengajar, ibu H.P, S.Pd merasa bahwa disekolah tempat beliau mengajar sekarang, sarana dan prasarana yang mendukung proses pengajaran masih belum lengkap, kalaupun ada, sosialisasi penggunaannya masih sangat minim. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari pihak-pihak yang berwenang untuk meningkatkan penggunaan sarana & prasarana yang mendukung pengajaran untuk menciptakan hasil pembelajaran yang baik.
Ibu H.P, S.Pd juga merasa kesejahteraan guru belakangan ini semakin memburuk, ia merasa jasa guru tidak diberikan penghargaan sebagaimana mestinya oleh atasan. Hal ini menjadikan semangat beberapa guru dalam mengajar menjadi turun, dan hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil pembelajaran yang diterima siswa.
g)           Penanganan terhadap siswa bermasalah
Menurut ibu H.P, S.Pd, ada 2 jenis siswa bermasalah, yaitu: (1) siswa yang bermasalah secara akademis; dan (2) siswa yang bermasalah dari perilaku. Untuk kedua jenis siswa yang bermasalah ini, ibu H.P, S.Pd memiliki cara penanganan yang berbeda.
Untuk siswa bermasalah secara akademis, ibu H.P, S.Pd melakukan pendekatan individual, memberikan perhatian lebih pada siswa tersebut, menanyakan topik-topik pelajaran yang sulit dipahami siswa, memberikan penjelasan lebih lanjut, serta bila perlu memberikan tugas tambahan khusus pada siswa tersebut untuk mendukung pemahamannya terhadap pelajaran.
Namun pada siswa yang bermasalah secara perilaku (cth: antisosial), ibu H.P, S.Pd akan memberikan kepada pihak BK (bimbingan & konseling) terlebih dahulu, karena pihak BK merupakan pihak yang dipercaya dan diberikan wewenang oleh sekolah untuk menangani siswa-siswa bermasalah dalam perilakunya. Jika pihak BK tidak berhasil dalam menangani siswa tersebut, biasanya ibu H.P, S.Pd akan memanggil orangtua dari siswa tersebut untuk membantu penanganannya.



BAB III
PEMBAHASAN


Sesuai dengan pengertiannya diatas, paedagogi ialah cara/metode mengajar dari seorang guru/pengajar yang ditujukan untuk membimbing dan membantu seorang peserta ajar untuk membuka pikiran, pengetahuan dan ide-ide baru, sehingga dengan adanya ilmu pengetahuan dan ide-ide yang matang, peserta ajar mampu menyelesaikan masalah atau tugas-tugas yang ada di lingkungannya.
Pengajaran ialah proses interaksi antara pengajar dan peserta ajar, dimana pengajar berbagi informasi dan pengetahuan yang dimilikinya terhadap peserta ajar dengan harapan bahwa pengetahuan tersebut dapat berguna bagi pemecahan masalah para peserta ajar dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan berdasarkan teori Mengajar, Ahli Pedagogi, dan Paradigma Belajar.
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam istilah pengajaran dan pembelajaran. Pada pengajaran memiliki makna utama yaitu interaksi antara guru dengan siswa, namun peran guru (pengajar) lebih dominan. Sebaliknya dengan pembelajaran, memang memiliki makna interaksi antara guru dan siswa, namun dalam istilah pembelajaran, peran peserta ajar lebih dominan (student centered).
Guru ialah orang yang memberikan pengajaran kepada peserta ajar. Seorang guru memiliki tugas mendidik, mengevaluasi, menilai, melatih, membimbing, mengarahkan, mengajar  peserta ajar untuk memahami pengetahuan yang sedang diajarkan (Danim: 2010). Seorang guru harus memiliki kreatifitas dan integritas diri yang baik, serta memiliki kemampuan yang cukup untuk memberikan pengajaran.
Terdapat 3 karakteristik guru (pengajar) yang cerdas menurut Danim (2010) ialah:
1. Kejujuran yang tercermin dari prinsip hidup dan keterusterangan
2. Integritas berupa kelengkapan atau kesatuan karakter, rasa percaya diri dan identitas pribadi sebagai guru yang hebat.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa
Guru yang baik memberikan teladan yang baik pula kepada peserta ajarnya, lewat prinsipnya, etikanya, cara berinteraksi kepada siswa, dan hal lain. Ibu H.P, S.Pd memahami bahwa dirinya menjadi contoh (model) bagi siswanya, oleh sebab itu beliau senantiasa menciptakan image guru yang profesional dalam dirinya lewat tampilannya di kelas dan di lingkungan sekolah.

Pembahasan berdasarkan teori Profil Guru yang diinginkan
Seseorang yang akan atau ingin menjadi guru harus memiliki Pengetahuan dan Keterampilan yang memadai berkaitan dengan profesinya sebagai guru. Danim (2010) mengungkapkan 4 kurikulum pendidikan bagi calon guru:
a. Pengetahuan dan Keterampilan tentang Filsafat, sejarah dan psikologi dari pendidikan.
b. Pengetahuan tentang proses pembelajaran dan evaluasi pendidikan & pengembangan ilmu.
c. Pengetahuan tentang bidang studi dan pengetahuan tentang kegurukelasan
d.   Pengetahuan dan keterampilan mengajar kelas, lewat praktek mengajar, magang, dll.
Ibu H.P, S.Pd memahami dampak negatif jika seorang guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti disebutkan diatas, oleh karena itu, beliau sebelum menekuni profesi guru, beliau terlebih dulu meraih gelar S-1 nya dalam bidang pendidikan dan berusaha untuk magang di beberapa sekolah di desa-desa untuk memperkaya pengalamannya dikelas.
Guru yang baik juga harus mampu memotivasi dan menginspirasi siswanya dalam mengikuti dan berprestasi dalam pengajaran. Ibu H.P, S.Pd memotivasi dan menginspirasi siswanya lewat memberikan reward (hadiah) kepada siswa berprestasi yang diambil dari dana kas kelas. Dalam kegiatan kreatifitas tertentu, hasil tugas terbaik akan dipajang di mading sekolah.

Pembahasan berdasarkan teori Guru Frustasi & Guru yang baik.
Memang dalam dunia praktek mengajar sendiri ibu H.P, S.Pd menyebutkan beberapa permasalahan, yang akan saya kaitkan dengan teori Guru Frustasi (p. 37 Danim: 2010)
1.    Guru merasa tidak cukup waktu untuk merencanakan pembelajaran: Menurut pengalaman ibu H.P, S.Pd, waktu yang ditetapkan dari sekolah malah berlebihan. Waktu sisa biasanya diisi dengan review topik dan quiz singkat berkaitan dengan topik.
2.    Gaji guru tidak sesuai dengan beban pekerjaan: Menurut ibu H.P, S.Pd hal ini sangat sesuai. Hal ini menjadikan para guru tidak berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya, karena merasa kesejahteraan guru tidak diperhatikan.
3.    Guru merasa membantu siswa secara individual merupakan tantangan berat: Sesuai dengan pengalaman ibu H.P, S.Pd, bagi siswa-siswa yang bermasalah dalam memahami pelajaran, beliau bersedia memberi perhatian khusus dan mau menjelaskan ulang tentang materi, karena beliau merasa itu merupakan tanggung jawab paedagogis beliau, yaitu menyampaikan pengetahuan pada siswa. Namun bagi siswa yang bermasalah dalam perilaku (cth: antisosial), beliau akan menyerahkan kepada pihak berwenang yang telah ditetapkan sekolah, seperti Bagian BK (Bimbingan & Konseling).
4.    Persepsi Guru bahwa prestise profesional masih jauh dari harapan: Menurut ibu H.P, S.Pd, predikat profesional itu sendiri relatif bagi setiap orang. Menurut teori, guru yang profesional ialah guru yang memiliki aspek-aspek paedagogis dalam dirinya. Guru yang baik ialah guru yang memiliki rasa percaya diri, kesabaran, memiliki kasih sayang yang tulus pada siswanya,  memahami siswanya, kemampuan akan materi ajar, rasa dedikasi yang tinggi, senantiasa memberi dukungan, kerelaan membantu siswa mencapai prestasi, memiliki rasa bangga atas prestasi siswa (Top 10 Kualitas Guru p. 40 Danim: 2010)
5.    Guru memandang pelaksanaan pembelajaran dikelas sebagai tantangan berat: Bagi ibu H.P, S.Pd, proses pembelajaran dikelas suasana umum bagi setiap guru, suasana tersebut merupakan ‘lahan belajar’ bagi setiap profesi guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Pembahasan berdasarkan teori Pedagogi Teoritis dan Prinsip Pedagogis
Paedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan ada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Terdapat 6 prinsip paedagogis menurut Addine (2001):
1. Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis: Hal ini ditunjukkan dengan pengajaran yang selalu baru dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Hubungan sekolah dan kehidupan: sesuai dengan prinsip awal ibu H.P, S.Pd bahwa pendidikan merupakan ‘senjata’ dalam memecahkan masalah kehidupan. Setiap pengetahuan yang diajarkan harus memiliki kesesuaian dengan lingkungan yang ada.
3. Mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa: diwujudkan dengan memiliki sikap tidak membeda-bedakan antara pengajar dan peserta ajar dalam proses pembelajaran.
4. Kesatuan pengajaran, pendidikan dan pengembangan proses: Pendidikan yang baik tentu membutuhkan pengajaran yang baik pula. Hal ini merujuk pada arti siswa yang siap menurut ibu H.P, S.Pd. Siswa yang butuh akan pendidikan yang baik tentu akan siap menerima setiap proses pengajaran yang baik pula.
5. Dominan kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana kering: Hasil dari pendidikan tentunya akan mempengaruhi kognitif siswa dalam pengambilan keputusan.
6. Masing-masing subsistem aktifitas, komunikasi, dan kepribadian yang saling terkait satu sama lain: Pendidikan yg baik membentuk kepribadian siswa yg baik pula

Pembahasan berdasarkan teori Pedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer
Pendidikan yang baik tentu tidak terlepas dari pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Pada era teknologi sekarang ini, perkembangan TIK semakin meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tentunya membawa dampak yang positif dan juga negatif bagi proses-proses pengajaran dan pembelajaran.
Kemajuan TIK akan berdampak positif bagi pendidikan jika pengembangan teknologi tersebut digunakan dengan tujuan mendukung proses pembelajaran lewat kemudahan memperoleh dan mengakses informasi tanpa dibatasi ruang, jarak dan waktu. Namun tidak adanya batasan dalam mengakses informasi tersebut memberikan dampak negatif yang kuat bagi pembelajaran jika tidak disertai dengan adanya kontrol baik dari pihak pengakses informasi maupun dari pihak pemberi informasi.
Dalam kaitannya dengan profesi guru, ibu H.P, S.Pd sangat antusias terhadap perkembangan TIK yang semakin maju, hal ini memotivasi dirinya bahwa guru (pengajar) tidak boleh ‘gaptek’, sehingga bisa digurui atau dipermainkan siswa. Ibu H.P, S.Pd memiliki laptop untuk menyimpan setiap data-data pengajaran yang diperlukan, beliau juga mengakses internet untuk memperoleh informasi tambahan berkaitan dengan materi ajar. Karena baginya, guru tidak boleh berpatokan hanya pada 1 buku saja yang disediakan pihak sekolah, seorang guru harus ‘kaya’ akan pengetahuan, yang diperoleh dari berbagai sumber.
Dalam mengenalkan perkembangan TIK dalam mengakses informasi, ibu H.P, S.Pd sering memberikan tugas kepada siswa, yang mengharuskan siswa untuk bisa mengakses internet. Hal ini mendukung konsep e-learning, dimana belajar yang didukung atau difasilitasi oleh TIK.



BAB IV
KESIMPULAN

Pedagogi merupakan cara mengajar dari seorang guru untuk berusaha menyampaikan pengetahuan yang diperolehnya kepada peserta ajar, sehingga peserta ajar mampu mengembangkan pikirannya, memiliki ide-ide baru, dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam mengatasi permasalahan kehidupan sehari-hari.
Dua pihak yang berperan penting dalam proses pedagogis adalah pengajar (guru) dan peserta ajar (siswa). Guru harus menciptakan proses pembelajaran yang mampu memancing ide-ide, potensi diri, serta memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh siswa untuk mengembangkan kreatifitas dalam dirinya. Guru juga harus siap dalam menangani masalah berkaitan dengan pembelajaran pada siswa, hal ini berkaitan dengan kompetensi pedagogiknya sebagai seorang guru.
Siswa sebagai peserta ajar tidak hanya berperan pasif, yaitu hanya menerima pengetahuan yang diberikan guru. Siswa harus berperan aktif, bersikap kritis terhadap pengetahuan, dan memiliki rasa ‘haus’ akan pengetahuan yang tinggi. Sikap aktif menerima pembelajaran ditunjukkan dengan kemauan dan motivasi diri dalam mengerjakan tugas semaksimal mungkin.
Sinkronisasi yang baik antara sikap guru sebagai pemberi pengetahuan dan sikap siswa yang aktif menerima pengetahuan akan menciptakan proses pembelajaran yang efektif bagi guru itu sendiri dan siswanya. Dengan demikian, pembelajaran yang efektif tentu memaksimalkan hasil pengetahuan yang diperoleh oleh siswa.




BAB V
TESTIMONI DAN SARAN

1.       Testimoni
Saya sangat menikmati proses selama menjalankan tugas wawancara guru ini. Meskipun pada awalnya saya kebingungan dalam memilih guru yang akan saya wawancarai, dan ‘canggung’ dalam membuat janji pertemuan dengan guru tersebut. Namun setelah saya menjalaninya, saya sangat mendapatkan pelajaran yang berharga dari tugas wawancara guru ini. Saya menjadi paham akan fenomena pendidikan yang sedang hangat-hangatnya terjadi di sekitar saya.
Dengan adanya tugas wawancara guru ini juga melatih saya untuk berani menjalankan tanggung jawab terhadap tugas praktek individu, karena biasanya tugas praktek kebanyakan dilakukan berkelompok, tentunya tanggung jawab dan konsekuensi juga berbagi bersama. Namun karena tugas ini individu, saya dilatih untuk mampu berkomunikasi dengan pihak-pihak tertentu dengan menggunakan bahasa yang sopan namun tidak kaku.
Saya senang karena ternyata ibu H.P, S.Pd, juga secara aktif dalam membantu saya melaksanakan tugas ini. Beliau sangat ramah dan tidak ‘pelit’ informasi, bahkan ketika saya menanyakan hal-hal yang negatif berkaitan dengan profesinya. Bahkan disela-sela wawancara, kami banyak tertawa terhadap pengalaman aneh beliau selama mengajar. Bahkan sakin kami ‘menikmati’ wawancara ini, waktu wawancara saya berlangsung hingga 45 menit dari perkiraan awal yang hanya 30 menit.

2.        Saran
-          Hendaknya pemerintah menetapkan standar kriteria yang tepat bagi profesi seorang guru pada tingkat pendidikan tertentu, sehingga setiap guru memiliki kompetensi pedagogis yang sesuai.
-          Hendaknya pihak-pihak yang berwenang semaksimal mungkin memperhatikan kesejahteraan guru. Karena guru berperan penting dalam pembangunan generasi bangsa.
-          Sebaiknya diciptakan perbandingan yang benar dan sesuai antara biaya pendidikan dengan fasilitas pendidikan yang diberikan pihak sekolah kepada siswanya.




BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Danim. Sudarwan, 2010. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terimakasih sangat bermanfaat kak :)

Posting Komentar

Design elements by Miss Honey