About Me
Pages
About this blog
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
About Me
Blog Archive
Followers
Selasa, 24 April 2012
HASIL DISKUSI KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN (24 April 2012)
21.54 | Diposting oleh
11054mcs |
Edit Entri
OLEH : Merry Christine S. (11-054)
1.Teknologi dan
Pendidikan
Teknologi merupakan suatu kontribusi yang penting
dalam aspek pendidikan dimana teknologi semakin meningkat dan terus berkembang
dan menjadi bagian yang mendukung kemajuan pendidikan. Dulu masyarakat masih
mengandalkan keahlian nonteknologi namun sekarang ini berorientasi pada
teknologi.
Dibeberapa sekolah telah menyetujui penggunaan
chanel one (kumpulan berita sepuluh menit sehari), dan ada sekolah yang
menyisihkan dana untuk membangun system jaringan telecomputing yang menghubungkan
kelas-kelas disekolah dan antar kelas yang berbeda.
Teknologi dapat membantu proses pembelajaran
disekolah, salah satunya dibeberapa sekolah telah melengkapi perpustakaan
dengan komputer untuk mempermudahkan siswa mencari buku dengan tidak perlu
melihat daftar buku satu persatu diperpustakaan. Selain itu ketika seorang guru
ingin menjelaskan sejarah mengenai manusia purba yang tidak bisa diamati lagi,
disinilah peran teknologi sangat membantu. Dengan adanya penggunaan teknologi komputer dalam mempelajari
kehidupan di zaman purba menghasilkan pembelajaran yang lebih eksploratif dan
interaktif ketimbang jika hanya dengan membaca buku atau mendengar paparan
deskripsinya dari guru.
2. Bagaimana penggunaan internet di kelas-kelas dan
bagaimana kaitannya dengan konteks pendidikan di kota Medan?
Internet merupakan suatu
fasilitas pendidikan yang pada saat sekarang ini sudah tidak dapat diabaikan
lagi keberadaannya. Internet berisi informasi tak terhingga yang berasal dari
seluruh dunia yang dapat diakses dengan mudah oleh pencari informasi, terkhusus
dalam topik ini ialah murid.
Internet sangat mendukung
kegiatan belajar murid apabila dipergunakan dengan baik, karena internet
menyediakan segala informasi yang dibutuhkan oleh murid dimanapun dan kapanpun.
Adapun keuntungan dari penggunaan
internet dalam kegiatan belajar-mengajar dikelas ialah:
1.
Membantu
navigasi dan mengintegrasikan pengetahuan
Murid
bisa mengintergrasikan informasi yang diperolehnya.
2.
Mendorong
belajar bersama
Internet
mendukung, memotivasi murid untuk terus mengembangkan informasi yang
diperolehnya dengan mengadakan belajar bersama atau kerja kelompok sebagai
suatu perbandingan dengan informasi yang sudah diperoleh.
3.
Menggunakan
e-mail
Fasilitas
internet terkhusus e-mail memungkinkan murid untuk dapat berkomunikasi tanpa
batas lewat electronic mail
4.
Untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru
Penggunaan
internet bukan hanya diperuntukkan untuk murid dalam mendukung proses belajar,
tetapi juga untuk guru dalam proses mengajar dimana internet memudahkan guru
untuk semakin lebih menggali informasi lagi mengenai materi belajar.
Tetapi penggunaan komputer mendapat
kesenjangan diantara penggunanya dalam akses informasi, dimana pada
situasi-situasi sosio-kultural tertentu penggunaan komputer bahkan internet;
seperti pendidikan pada daerah pedalaman tentu belum dapat mengakses informasi
dari internet seefektif pendidikan di kota. Adapun beberapa cara untuk
menghindari kesenjangan tersebut ialah:
·
Menyaring
materi teknologi untuk menghindarkan bias gender, kultural, etnis
·
Gunakan
teknologi sebagai alat untuk menyediakan kesempatan pembelajaran yang aktif dan
konstruktif dari semua latar belakang
·
Memberikan
informasi yang jelas dalam penggunaan teknologi secara efektif.
·
Mendiskusikan
tentang pengadaan fasilitas belajar berbasis komputer dan internet dirumah.
Murid yang sadar akan teknologi
terbagi atas beberapa grade:
Pra-TK
sampai grade 2
Pengenalan awal terhadap media
komputer dan internet, lewat buku-buku atau software interaktif, juga perilaku
etis dan sosial yang positif saat menggunakan teknologi.
Grade 3
sampai 5
pada grade ini penggunaan
teknologi mulai digunakan untuk komunikasi, mencari informasi yang menarik
untuk mendukung pembelajaran, serta aktivitas pemecahan masalah mandiri.
Grade 6
sampai 8
Penggunaan teknologi pada grade
ini sudah sampai pada tahapan dimana teknologi digunakan dalam pemecahan
masalah yang lebih kompleks yang diaplikasikan dalam lapangan kerja dan
masyarakat.
Grade 9
sampai 12
Pada tahap ini teknologi sudah diidentifikasi
kapabilitas dan keterbatasan dari teknologi kontemporer dan menilai potensi
dari layanan ini dengan kebutuhan personal dan pekerjaan.
Pada kaitannya dengan pendidikan yang ada
di kota Medan, teknologi dengan berbasis komputer dan internet sudah mulai
digalakkan dalam lembaga pendidikan di kota Medan, karena lembaga pendidikan di
Medan semakin disadarkan dengan semakin ketatnya persaingan dalam informasi
dengan kota-kota besar lainnya. Pengembangan komputer dan internet ini sudah
dapat dilihat dengan jelas pada aktivitas lembaga pendidikan seperti sekolah
dan universitas di kota Medan sudah difasilitasi dengan wi-fi agar para pelajar
dan mahasiswa dapat dengan mudah mengakses informasi melalui internet.
Pengenalan komputer juga sudah mulai
dikembangkan pada lembaga pendidikan TK
maupun SD di kota Medan, seperti pada anak TK sudah mulai diajarkan untuk
menggunakan komputer dengan sederhana seperti bermain game untuk melatih
motorik anak tentu saja dengan didampingi oleh guru maupun orangtua. Pada anak
SD juga sudah mulai diajarkan penggunaan internet dalam mencari informasi yang
mendukung proses belajar.
3. Ubiquitous Computing
Ubiquitous
Computing merupakan distribusi computer ke lingkungan ketimbang personal.
Tekhnologi menjadi latar belakang dan merupakan terobosan baru dunia pasca
computer. Perangkat tekhnologi lain terkoneksi dengan internet dan pengguna
mungkin tidak menyadari perangkat mana dilingkungannya yang terkoneksi.
Ubiquitous Computing tidak sama dengan tidak
sama dengan realitas virtual. Ubiquitous Computing memaksa computer untuk eksis
dimana-mana sementara realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang di
ciptakan computer.
Ubiquitous Computing mungkin lebih cocok
untuk pendidikan ketimbang PC. Perangkat baru ini dapat di sediakan kepada
lebih banyak murid ketimbang computer desktop. Perangkat baru ini di pasangkan
dengan jaringan yang lebih murah dan dapat di akses dimana saja.
Seiring dengan perkembangan zaman,
internet dapat diakses dimanapun dan kapanpun oleh siapapun. Perkembangan
internet melahirkan banyak inovasi dan zaman sekarang yang tengah gencar di
galakkan adalah Ubiquitous Computing yaitu suatu tekhnologi dimana kita dapat
mengakses internet kapanpun, dimanapun melalui perangkat elektronik apapun.
Manusia seperti kebanjiran informasi dengan terobosan Ubiquitous Computing ini.
Tentu, dalam setiap hal pasti ada baik dan buruknya.
Salah satu contoh baik untuk Ubiquitous
Computing dilihat dari segi pendidikan adalah dapat memudahkan siswa dalam
belajar dan memperkaya wawasannya. Siswa juga bisa belajar bersama dan tidak
bosan dalam proses belajarnya. Sementara sisi negatifnya adalah siswa tidak
focus sepenuhnya kepada pelajarannya, tidak ada yang dapat menjamin seorang
siswa hanya membuka tab tentang pelajarannya saat ia mengakses internet dengan
dalih mencari referensi tambahan untuk pelajarannya, dan sebagainya.
Dari segi psikologi dan pendidikan,
perkembangan tekhnologi dan Ubiquitous Computing tentu sangat membantu. Karena,
dikenal proses dan kaitan antara tekhnologi dan pendidikan. Tapi, internet yan
terlalu gampang di akses akan berbahaya bagi pelajar dan penggunanya. Mereka
akan malas membaca buku, menganggap sepele segala sesuatu hal, kerap berfikir praktis
dan tidak kompleks. Selain itu, dalam proses pendidikan dilihat dari sudut
pandang psikologi pendidikan, tentunya ada aspek-aspek yang harus dipahami
dalam proses belajar yang tidak dapat di temukan di dunia maya dengan
penggunaan internet. Pada dasarnya, Ubiquitous computing cocok untuk pendidikan
karena lebih praktis, lebih murah dan seharusnya berperan dalam pendidikan
sebagai pendukung bukan sebagai penghalang serta praktek praktisasi proses
belajar-mengajar.
Senin, 23 April 2012
Pendidikan anak berkebutuhan khusus
22.04 | Diposting oleh
11054mcs |
Edit Entri
DEFENISI
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan ganngguan atau kelainan pada aspek :
1. Fisik/motorik : cerebral palsy, polio
2. Kognitif : retardasi mental, anak unggul (berbakat)
3. Bahasa dan bicara
4. Pendengaran
5. Penglihatan
6. Sosial emosi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan ganngguan atau kelainan pada aspek :
1. Fisik/motorik : cerebral palsy, polio
2. Kognitif : retardasi mental, anak unggul (berbakat)
3. Bahasa dan bicara
4. Pendengaran
5. Penglihatan
6. Sosial emosi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.
STRATEGI PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah
ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan
yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari
itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima,
menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan
teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi. Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi
adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat
secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler
merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun
jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi
sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak
berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler
bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya
perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai
dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang
tua, dan masyarakat sekitarnya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama
anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995).
Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat
anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai
suatu komunitas.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat
dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran
yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru,
lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
- Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
- Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
- Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
- Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
- Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang
dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan
modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat
akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah:
- Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
- Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
- Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu
model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas
dan bidang khusus.
3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah
umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di
sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak
tunagrahita antara lain;
- Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
- Strategi kooperatif
- Strategi modifikasi tingkah laku
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
- Pendidikan integrasi (terpadu)
- Pendidikan segresi (terpisah)
- Penataan lingkungan belajar
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;
- Model biogenetic
- Model behavioral/tingkah laku
- Model psikodinamika
- Model ekologis
- Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching
- Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan.
- Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain:
strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal,
kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.
Selasa, 10 April 2012
Psikologi Sekolah
06.45 | Diposting oleh
11054mcs |
Edit Entri
Merry Christine (111301054)
Cynthia Marilyn Sitompul (111301070)
Galih Mataro (111301111)
Psikologi Sekolah
o
Kedudukan Psikologi Sekolah dan Perbedaan
Psikologi Sekolah dengan Psikologi Pendidikan
Psikologi Sekolah merupakan salah satu bagian daripada
ilmu psikologi pendidikan. Namun, ruang lingkup psikologi sekolah berbeda
dengan psikologi pada umumnya. Psikologi sekolah lebih berfokus terhadap
masalah-masalah psikologis yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau dunia
sekolah dan pengembangan metode belajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Maka dari itu, Psikologi sekolah ini sendiri berusaha menciptakan situasi yang
mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi,
dan emosi. Dengan kata lain, Psikologi Sekolah berkonsentrasi pada dinamika
sekolah, sedangkan Psikologi Pendidikan lebih luas mencakup pendidikan dan
lebih kepada sistemnya.
o
Fungsi Sekolah sebagai Agen Perubahan
Fungsi
sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk menimba ilmu tetapi juga sebagai agen
perubahan. Sekolah merupakan satu-satunya kekuatan untuk melakukan perbaikan.
Sekolah seharusnya bisa berfungsi sebagi filter pembentuk perilaku positif bagi
anak. Mungkin pada saat masa tanam terjadi konsep yang salah pada orang tua.
Maka sekolah bisa untuk mengubahnya. Untuk menjadi agen perubahan, sekolah
membutuhkan guru-guru yang berkualitas, guru-guru yang profesional dan
mempunyai visi serta misi ke depan dalam membangun sumber daya manusia yang
berkualitas.
o
Metode yang Digunakan dalam Sistem Pengajaran di Sekolah
Metode
mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus
dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi
pembelajaran, serta karakteristik anak. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang
telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa
metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Pemilihan metode
mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif
inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis; pembelajaran
yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
Ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam sistem pengajaran di sekolah, yaitu :
1.
Metode ceramah (Teacher-Centered)
Pendidik perlu untuk
memberikan pengarahan yang dapat menghantarkan daya nalar dan kreativitas
peserta didik terhadap topik yang sedang dibicarakan.
2.
Metode Tanya-Jawab
Metode tanya-jawab digunakan dengan maksud :
• Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu
• Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
• Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa
Metode tanya-jawab digunakan dengan maksud :
• Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu
• Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
• Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa
3.
Metode Diskusi dan Presentasi (Student-Centered)
Metode diskusi adalah
cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah. Siswa dituntut aktif.
4.
Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu
kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil
untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.
5.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Antara metode demonstrasi
dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi dalam praktek sering
dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi.
6.
Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode sosiodrama dan
bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian
yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih
gantikan.
o
Permasalahan yang Terjadi di Sekolah dan Solusinya
Biasanya, permasalahan
yang sering terjadi di sekolah seringkali melibatkan guru dan murid. Adanya perasaan
tidak suka oleh si murid yang memicu perilaku pembangkangan dan hal ini
menimbulkan kejengkelan pada si guru. Oleh sebab itu, perlu diadakan konsultasi
dengan murid maupun guru untuk menemukan titik cerah dari masalah tersebut. Di samping
permasalahan antara guru dan murid, murid juga biasanya akan berselisih satu
dengan yang lainnya. Hal ini umum terjadi dalam kehidupan sosial kita. Disinilah
peran guru untuk menanamkan moral yang baik kepada siswa. Di samping itu,
komunikasi dengan orang tua juga tidak kalah pentingnya apalagi jika menghadapi
anak yang kesulitan belajar.
o
Fungsi & Peran Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikologi Sekolah
Mengingat begitu
kompleksnya kehidupan sekolah, maka jelas psikologi sekolah ini sangat penting
dan diperlukan. Ada 5 faktor yang menentukan keluasan peran dari psikolog
sekolah, yaitu :
1.
Tingkat Pelayanan
Pada awalnya, psikolog sekolah dibutuhkan untuk
mengidentifikasi dan menggolongkan anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus.
Lalu, seiring dengan perkembangannya, psikolog sekolah pun semakin luas
perannya, mulai melaksanakan praktek klinis dan konseling. Lalu, psikolog
sekolah juga mulai terlibat dalam tindakan-tindakan yang menyangkut kebijakan
dan prosedur sekolah dalam pengembangan dan evaluasi program dan pelayanan di
sekolah; menyangkut supervisi pendidikan dan bekerja sebagai konsultan bagi
karyawan edukatif maupun non-edukatif (termasuk membantu melakukan seleksi
penempatan urusan personalia) dan bekerja sama dengan ahli-ahli lain dalam
masayarakat.
2.
Macam Kegiatan Profesional
Melakukan diagnosis
langsung, konsultasi pendidikan, evaluasi serta pelacakan kembali.
3.
Macam Klien Langsung yang Dihadapi
Berhadapan dengan
murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas, guru secara
perorangan, kelompok guru, tenaga administrasi maupun pendidikan sebagai suatu
sistem sosial membutuhkan perlakuan tertentu.
4.
Tingkat Perkembangan Murid
Peran psikolog sekolah
didasarkan pada tingkat perkembangan usia murid.
5.
Kekhususan Masyarakat atau Sekolah
Tergantung kepada
ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah,
maupun suku/agama/ras/golongan yang memanfaatkan jasa psikolog sekolah ini.
o
Hal-hal yang diberikan dalam kaitannya dalam Layanan Psikolog Sekolah
Psikolog Sekolah memberikan pelayanan seperti membantu
pendidik dalam melaksanakan kelas yang aman, kelas sehat di lingkungan sekolah,
mengasuh, memberi strategi pemecahan masalah dan penyalahgunaan zat, dan topik
lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat, melakukan penelitian tentang
instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif,
dan intervensi kesehatan mental; intervensi langsung dengan siswa dan keluarga
melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan; mengkomunikasikan
hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka
dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan
siswa; bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa; melayani
satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat
kesehatan mental masyarakat didalam lingkungan universitas.
o
Perbedaan antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan dan BK
Psikolog pendidikan adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi ke
dalam dunia pendidikan. Sedangkan psikolog sekolah adalah orang yang menerapkan
ilmu-ilmu psikologi pendidikan ke dalam dunia sekolah saja, mencakup berkewajiban
untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menurutnya dapat mengembangkan
potensi sekolahnya, ataupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah
terbukti keampuhannya menurut hasil penelitian psikolog pendidikan. Psikolog
pendidikan tidak hanya bergerak sebatas di dalam ruang lingkup sekolah.
Psikolog pendidikan juga bisa bergerak di dalam ruang lingkup sekolah tinggi,
depdiknas, dan sebagainya yang mempunyai hubungan dengan dunia pendidikan.
Lalu bagaimana
dengan BK? guru BK dan Psikolog memiliki perbedaan. Sebab, guru BK merupakan guru
sekolah yang dilindungi undang-undang. Sementara Psikolog merupakan profesi
khusus yang berperan dalam menentukan peningkatan kualitas sekolah. Guru BK
berperan dalam membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek yang ada di
dalam diri si peserta didik. Namun, jika BK dihadapkan pada situasi peserta
didik yang sangat kompleks dan tidak bisa ditangani, maka dalam hal ini,
Psikolog sekolah bisa turun tangan.
Referensi :
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (L.P.S.P3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/perbandingan-psikolog-pendidikan-dengan-guru-bpbk/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2082932-metode-metode-mengajar-di-sekolah/
http://luthfis.wordpress.com/2008/04/21/peran-bk-dalam-meningkatkan-mutu-pendidikan/
Minggu, 01 April 2012
Pentingnya Pendidikan Prasekolah Taman Kanak-Kanak (TK)
21.09 | Diposting oleh
11054mcs |
Edit Entri
Pendidikan anak prasekolah merupakan bentuk transisi
perkembangan anak dari lingkungan keluarga kepada lingkungan sekolah. Masa
transisi ini merupakan masa yang cukup sulit namun menyenangkan bagi anak,
karena kesiapan pada setiap anak dalam melalui masa transisi ini berbeda-beda,
hal ini juga dipengarui oleh dukungan dari keluarga pengasuh si anak itu
sendiri, dimana dukungan orangtua dalam membimbing anak secara informal sangat
dibutuhkan untuk mendukung bimbingan yang diperoleh anak dari pendidikan
prasekolah sebagai sektor formal. Salah satu jenis lembaga pendidikan anak
prasekolah yang telah dikenal di Indonesia ialah Taman Kanak-Kanak (TK).
Taman Kanak-Kanak merupakan wadah yang disediakan
untuk anak berusia 4-6 tahun. Menurut Brickenridge dan Vincent (1966)
pendidikan TK dapat memperluas pengalaman sosial dan intelektual anak. Tujuan pendidikan
prasekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK) adalah untuk memberikan stimulasi dan
bimbingan terhadap kebutuhan fisik dan pertumbuhannya, serta meningkatkan
kemampuan intelektual dan hubungan sosial sebagai persiapan untuk masuk ke
jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan prasekolah dapat membantu perkembangan
anak. Secara terinci Hurlock (1978) menyebutkan ada 10 aspek perkembangan yang
dapat didorong pertumbuhannya
melalui pendidikan prasekolah. Kesepuluh aspek tersebut ialah kesehatan fisik,
keterampilan, kemampuan berbicara (berkomunikasi), perkembangan emosi, perilaku
sosial, sikap sosial, kreativitas, disiplin, konsep diri dan penyesuaian
sekolah. Papalia Olds (1986) menyatakan bahwa pendidikan prasekolah membantu
perkembangan anak dalam berbagai aspek yaitu fisik, intelektual, sosial, dan
emosional. Perasaan otonomi anak berkembang dengan adanya kesempatan
bereksplorasi diluar rumah. Adanya kesempatan bermain dengan anak-anak lain
menjadikan mereka memiliki banyak kesempatan untuk bekerjasama dan memahami
perspektif serta perasaan orang lain. Adapun aspek-aspek keuntungan pendidikan
prasekolah sebagai berikut:
1.
Aspek Sosial
Kebutuhan Sosial pada anak-anak
mengungkapkan bahwa anak-anak membutuhkan orang lain dan selalu ingin
berhubungan dengan orang lain dalam proses perkembangannya. Hal ini karena pada
dasarnya manusia merupakan makhluk individu dan sekaligus juga sebagai makhluk
sosial (Nuryoto, 1995). Hubungan sosial anak semakin meluas karena kebutuhan
sosialnya juga akan semakin kompleks. Mereka sudah butuh teman sebaya, perlu
memahami orang dewasa selain orangtua, misalnya gurunya.
Dalam kesiapan ini, anak akan merasa
senang masuk TK, karena mereka akan mempunyai banyak teman dan dapat bermain
dengan leluasa. Pada usia prasekolah ini, anak memiliki kontak intensif dengan
teman sebaya. Berbagai pola tingkah laku anak timbul dengan cara menirukan,
belajar-model, dan oleh penguat dari pihak teman-teman sebaya.
2.
Aspek Kognitif
Kebutuhan secara kognitif (intelektual)
akan tampak pada anak dengan adanya keinginannya untuk mengetahui sesuatu yang
ada di lingkungannya. Anak ingin berprestasi, ingin mengamati sesuatu secara
serius, ingin mengetahui hal-hal baru, mencoba sesuatu, menciptakan sesuatu,
dan sebagainya. Pada masa ini, anak akan banyak bertanya tentang segala sesuatu
yang dilihat atau didengarnya dengan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana
(Nuryoto, 1995). Keinginan untuk berprestasi ini harus diberi stimulasi bila
kita akan menyambut dorongan manipulasi dan eksplorasi anak.
3.
Aspek Emosional
Kebutuhan emosional anak juga akan
terpenuhi dengan adanya kesempatan untuk bereksplorasi dalam ekspresi emosi
anak pada lingkungan prasekolahnya. Emosi anak akan berkembang secara sehat
kalau anak mendapatkan bimbingan secara tepat dengan penuh kasih sayang. Dengan
mendapatkan perlakuan yang tepat, anak akan merasa aman dan mampu mengembangkan
emosinya secara positif, juga akan semakin memupuk rasa percaya diri pada anak
(Nuryoto, 1995). Selanjutnya (Hurlock, 1984) ketelantaran emosional pada anak
seperti keterbatasan akan rasa ingin tahu, kasih sayang dan kebahagiaan, akan
membatasi perkembangan kepribadian anak.
4.
Aspek Fisik
Kebutuhan Fisik merupakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan kesehatan fisik, misalnya makanan, udara
segar, sinar matahari, tidur atau istirahat. Dengan adanya lingkungan
prasekolah, maka kegiatan-kegiatan yang memerlukan aktifitas fisik seperti
olahraga, bermain tali, memanjat, mencoret-coret, akan mempengaruhi
perkembangan otot dan motorik anak. Keberhasilan anak dalam menghadapi
tantangan fisik ini mempunyai arti yang lebih luas bagi anak, dalam hal
perkembangan pribadi, anak akan merasa mampu dan berani dalam mencoba hal-hal
baru dan akan mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.
Sumber:
Sulistyaningsih. 2008. Full Day School & Optimalisasi Perkembangan Anak.
Yogyakarta: Paradigma Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)